“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki
yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu
hanya kepada-Nya saja menyembah”
( An Nahl: 114)
Temen-temen
begitulah Allah menasehati kita mulai dari hal yang paling urgen sampai hal
yang mungkin sering kita lupakan seperti pola makan. Sebagaimana nasehat Allah
dalam salah satu surat Al-qur’an tersebut selain kita harus makan makanan yang
halal kita juga harus memperhatikan baik atau tidaknya untuk kesehatan tubuh kita. Nah… yang paling
sering dijumpai issue saat ini adalah mie instant yang sering dilaporkan tidak
begitu aman untuk dikonsumsi tapi nyatanya mie instant ini masih menjadi idola
para penggemarnya. Oleh karena itu untuk mengkonsumsinya perlu aturan juga agar
yang halal tetep memberikan manfaat bagi tubuh seperti kecukupan gizi selain
itu juga harus mengetahui efek samping penyakit jika nantinya banyak
mengkonsumsi mie instant. Karena seperti yang dijelaskan juga dalam Al-qur’an
surat (Al-maidah : 87)
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
Mi instan adalah jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi
di seluruh dunia. Tercatat sekitar 43,7 triliun bungkus mi dikonsumsi setiap
tahun. Cara membuat mi instan sangatlah mudah, yang dibutuhkan hanya air panas.
Untuk jenis mi dalam cup (cup noodle), hanya tinggal dituangi air panas saja.
Untuk jenis mi instan biasa diperlukan perebusan dalam air mendidih untuk
mematangkannya. Apa pun jenisnya, kelezatan mi instan dapat langsung dirasakan
hanya dalam hitungan tiga menit saja. Menurut sejarahnya, mi instan mula-mula
tercipta di Jepang pada Perang Dunia II. Waktu itu tujuan penciptaan mi instan
adalah untuk memenuhi logistik perang. Syarat ransum perang adalah sesuatu yang
praktis, tahan lama disimpan, dan mudah disiapkan. Dalam bahasa Jepang mi
disebut sebagai ramen.
Mi instan belum dapat dianggap
sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan
gizi yang seimbang bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu mengandung
karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin, dan mineral.
Hal yang perlu diingat adalah fungsi pemenuhan kebutuhan gizi mi instan hanya
dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran
yang dapat ditambahkan adalah wortel, sawi, tomat, kol, atau tauge. Sumber
proteinnya dapat berupa telur, daging, ikan, tempe, atau tahu.
Hal lain yang terkadang kurang
disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai 30 persen
bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang
sedang dalam program penurunan berat badan. Kelebihan lain mi instan adalah
keragaman rasa yang dapat ditawarkan produsen. Keragaman rasa ditimbulkan oleh
jenis bumbu yang ditambahkan. Rasa mi instan konvensional yang banyak dijumpal
adalah soto ayam, kari ayam, ayam bawang, dan bakso. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa bahan baku mi
dapat didiversifikasi diluar terigu. Bahan baku potensial yang telah ditemukan
adalah jangung, umbi-umbian dan sayur-sayuran.
Kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan
natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari
garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan
pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium
tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran saji.
Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit maag
dan pendenita hipertensi.
Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan
lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna
makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding
lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin
meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium
(Na-K) di dalam darah dan jaringan. Kelemahan lain mi instan adalah tidak dapat
dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini disebabkan mi instan mengandung
gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme
#autisbeneran :D
*Terinspirasi
dari artikel di Kompas oleh Bapak yang sering banget jadi reference pak Made
Astawan
bermanfaat banget nih :)
BalasHapusDuh perlu bgt infonya nih! Thanks for share :-)
BalasHapus@rohman..maksih udah ikutan baca
BalasHapusmba ratu...maksih mba udah mampir smoga bermanfaat
yupz, stuju banget, gak cukup halal, tapi harus halalan thayyiban.... :)
BalasHapusenmng knp bakal knp kalo orang autis mkn ramen?
BalasHapusDari kata Instan, dikaitkan dengan ayat yang membuka tulisan ini, saya menafsirkan bahwa makanan yang kita peroleh janganlah lewat cara yang "instan". Ada proses dalam tiap pencapaiannya.. Dan ternyata, tips mengoleh ramen. Hehe.. :)
BalasHapuswah mas arya ndak baca sampai akhir sih...
BalasHapusSudah baca sampai akhir mba. Mari mengerti akan pangan. :D
BalasHapus