Indonesia, Herbal, and My Next Progress

Leave a Comment
Majalah Agrina “Inspirasi Agribisnis Indonesia” Vol 7. No. 161 september 2011 edisi tersebut ada yang membahas tentang herbal, ini adalah tema yang sangat saya sukai. Rencana kedepan saya malah ingin memiliki kebun herbal sendiri dan kemudian saya menerbitkan buku tentang cara budidaya dan perawatan tanaman herbal atau paling ndak jika pengetahuan ini tidak sampai ke lapisan masyarakat bawah karena tidak pernah ke toko buku ataupun sampai membelinya maka saya ingin sekali mensosialisasikanya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan alam yang telah diciptakan oleh Allah ini tanpa berkorban mancari uang haram untuk mendapatkan sebuah kesehatan dan kesembuhan, itu adalah salah satu cita-cita saya ^_^.

Diterangkan di majalah pada edisi tersebut bahwa Indosia adalah surga penelitian tanaman dan khasiat tanaman. Sampai menjelang perang dunia II, Bogor menjadi pusat dunia untuk penelitian keanekaragaman hayati. Pengobatan tradisional dan pengetahuan tentang rempah, herbal, atau jamu, sudah ribuan tahun dikuasai bangsa-bangsa di dunia. Keabsahan penggunaannya di banyak Negara, termasuk di Indonesia baru sebatas suplemen untuk pemeliharaan kesehatan atau pencegahan penyakit, belum diakui sebagai obat penyembuhan. Kecuali di China yang dokter-dokternya bisa membuat resep untuk racikan obat-obatan tradisional. Obat-obatan tradisional dari China yang dipasaran popular dengan sebutan traditional chinese medicine (TCM) berkembang pesat sejak tahun 1990 mulai merambah dunia. Begitu juga dengan Negara Malaysia ternyata kawan-kawan Malaysia sudah mencapai Rp. 15 triliun sedangkan Indonesia jauh tertinggal dalam hal pendidikan dan penelitian di bidang jamu-jamuan ketimbang Malaysia maupun Negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dukungan dana untuk program riset-riset dialokasikan sebesar 2 persen di APBN-nya.
Ok! teman kita akan lihat faktanya pada Negara kita dengan Negara lain tentang anggaran untuk riset dan penegmbangan di Indonesia yang tidak sampai setengah persen (0,07 persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) kata Dr. Ilham Habibie, Anggota Komite Inovasi Nasional, jauh di bawah China (1,5 persen), Korea Selatan (3 Persen), Jepang (4 persen), dan Israel (5 persen). Padahal, UNESCO telah menetapkan acuan bahwa angaran penelitian dan pengembangan yang ideal adalah dua persen dari PDB atau satu persen setidaknya untuk Negara berkembang.
Indonesia memang penuh keanekaragaman ya teman, dari sekitar 40.000 spesies tanaman obat di dunia 30.000 spesies diantaranya tumbuh subur di sini. Kata Agribis dengan tradisi dan pengetahuan tanaman obat yang hampir sama panjangnya seperti China dan diperkuat dengan riset dan pengembangan yang lebih terarah, agribisnis tanaman obat dan industry manufakturnya di Indonesia tentunya bisa sama bergairah seperti di Negara Panda itu.

Saya sendiri baru tahu kalau salah satu tanaman yang saya sukai dan saya juga punya di Rumah yaitu tanaman tapak dara mengandung senyawa bioaktif vinblastin, vinkristin, dan animalisin. Senyawa-senyawa tersebut sangat berpotensi mengatasi diabetes miletus. Pada prinsipnya obat herbal untuk diabetes rasanya sangat pahit. Karena itu obatnya harus dilawan dengan pahit untuk melawan manis . Maka rencana selanjutnya saya akan memperbanyak tanaman tapak dara tesebut dan bikin kebun tanaman herbal.

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo....^_^