Lagi-lagi potensi sumber daya alam Indonesia memang menjadikan Negara lain iri. Tapi lagi dan lagi ulah masyarakatnya yang rakus akan harta membutakan mata hati untuk tetap menjaga kelestariannya, untuk mengambil darinya menjadi sesuatu yang bermanfaat baginya bukan berati merusaknya dengan menggunduli hutan tanpa mereboisasinya ataupun dengan memakai peralatan dalam segala aktivitas yang menghasilkan banyak CO2 tetapi malah tanaman hijau diberantas dengan mengganti gedung-gedung yang justru malah memantulkan CO2. Begitulah banyak teguran untuk negara kita mulai dari banyak bencana alam longsor, banjir, badai, ataupun tsunami tapi begitulah sedikit yang mengambil hikmahnya.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah”.(Shad: 27).
Banyak jalan keluar sebenernya jika dari kita berkemauan menghiraukan Negara ini dengan rasa cinta bukan harta sebagai pengabdian hamba Allah yang telah diberi kesempatan untuk hidup di bumi ini. Bahkan saya sempat setuju dengan pernyataan malaikat kepada Allah SWT ketika Allah ingin menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi ini lalu malaikat meragukan kemampuan kita karena manusia hanyalah akan merusak saja sementara malaikat senantiasa bertasbih. Tapi setelah melanjutkan bacaan ayatnya maka saya sangat yakin Allah tetap bersama kita untuk menolong jika kita mau berpikir.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Al-baqarah:30).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Al-Baqarah:164).
Sekali lagi masih banyak jalan keluar salah satunya yaitu dengan menjaga kelestarian hutan laut seperti terumbu karang, mangroove, lamun, dan berbagai jenis kehidupan laut lainnya yang membutuhkan CO2 sebagai bahan metabolismenya atau sebagai makanannya. Berbagai jenis kehidupan hutan laut ini sangatlah banyak mulai dari jasad renik bersel satu sampai bersel banyak, sehingga biota laut inilah yang berperan juga sebagai penyerap CO2 yang mampu mengurangi pemanasan suhu bumi ini.
Kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut semakin mengalami kerusakan. Indonesia yang memiliki wilayah lautan 70% dari total wilayahnya tentunya memiliki kandungan biomassa yang jauh lebih banyak. Kekayaan ekosistem laut Indonesia berprospek sebagai alternatif menekan pemanasan global dan perubahan iklim di masa mendatang, meskipun sampai sekarang belum mendapatkan perhatian khusus.
Kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut semakin mengalami kerusakan. Indonesia yang memiliki wilayah lautan 70% dari total wilayahnya tentunya memiliki kandungan biomassa yang jauh lebih banyak. Kekayaan ekosistem laut Indonesia berprospek sebagai alternatif menekan pemanasan global dan perubahan iklim di masa mendatang, meskipun sampai sekarang belum mendapatkan perhatian khusus.
Salah satu biota laut yang paling banyak menyerap gas karbondioksida adalah berbagai ganggang hijau (algae).Organisme yang mudah hidup di laut ini punya kemampuan besar menyerap karbondioksida dan itu dapat diolah menjadi biofuel, bahan bakar ramah lingkungan. Penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuktikan algae di laut mampu tumbuh 20–25 kali hanya dalam 15 hari dengan diberi makan karbondioksida (CO2). Selain itu kelebihan dari ganggang ini bisa dijadikan bahan baku biofuel yang pengolahanannya lebih efisien 40% lebih tinggi dibandingkan membuat biofuel dengan bahan baku minyak kelapa sawit.
Hutan darat di Indonesia sangatlah luas tetapi apabila digundul terus menrus tanpa ada batas waktu tertentu untuk mengeruk harta kekayaan demi kepentingan sektoral tanpa pemulihan kembali maka hutan lautlah yang juga harus dapat perhatian karena seperti yang kita thu 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan sehingga akan memegang peranan yang cukup besar dalam mengikat emisi karbon. Adanya fitoplankton yang sangat banyak di dalam laut itu akan menyerap gas emisi karbon yang kemudian tenggelam ke dasar laut lalu diubah menjadi sumber energi ketika fitolpankton tersebut dimakan oleh berbagai jenis kehidupan di laut yang memakan fitoplankton seperi ikan dan biota lainnya.
Indonesia juga merupakan kawasan coral triangle selain Filipina, Malaysia, Timor leste, Papua nugini, dan kepulauan Solomon. Para pakar kelautan dalam workshop The Nature Conservancy Coral Triangle Center (TNCCTC) berhasil memetakan coral triangle yang mencakup negara-negara tersebut di atas dengan luas total terumbu karang 75.000 km2. Indonesia sendiri memiliki luas terumbu karang sekitar 51.000 km2 yang menyumbang lebih dari 21% luas terumbu karang dunia kemudian Indonesia bersama lima negara lainnya di atas, menyepakati inisiatif perlindungan terumbu karang yang disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini juga telah mendapatkan dukungan dan respons positif dari negara-negara maju.
Sehingga dari prospek itulah dapat diketahui posisi Indonesia dalam upaya penyelamatan dari global warming yang meberikan efek cuaca buruk dan efek samping buruk lainnya maka sebagai bangsa yang cerdas bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pusat perhatian “pembangunan ekosistem” global untuk mencegah pemanasan suhu bumi yang dampaknya akan menjadikan peluang yang banyak dan positif mulai dari perbaikan kondisi social masyarakat, peningkatan perekonomian, pendidikan, serta lingkungan yang sehat tentunya.
Dalam pikirpun terbesit jika saya nantinya menjadi ketua Dinas Pendidikan maka saya akan mewajibkan semua instansi pendidikan termasuk guru ataupun dosen diwajibkan untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor, bisa berjalan atau bersepedah pancal. Hal ini juga bisa diterapkan kepada para pejabat tinggi negeri ini masing-masing pejabat akan diberi sepeda yang sekali pancal larinya kencang. Untuk mobil pribadi dibatasi pemakaiannya lebih ditekankan pada sepedah saja. Mungkin dengan begini juga tidak asal orang yang mau menjabat jabatan tinggi. Ok…trimakasih banyak sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya ini semoga memotifasi kita untuk lebih menjaga lingkungan for the future.
Tulisan ini juga ada yang bersumber dari Harian Seputar Indonesia.
SEpaakaaat !
BalasHapusGood!! I like your writing!
BalasHapusKeep writing,,,ya!
Zein..ok you agree with me so I wait your writing please share for I know :)
BalasHapusBU Wahyu thank very much I like your writing too, and I always need your advice for better :)